Jumat, 05 November 2010

Kesamaan derajat


Saya akan mengulas  sifat perhubungannya antara manusia dengan manusia lainnya yang saling timbal balik karena setiap anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban , baik  terhadap masyarakat sesama masyarakat dan  terhadap pemerintah maupun kepada negaranya.  Hak dan kewajiban setiap orang telah tercantum dalam UUD, seperti orang berhak atas semuanya hak-haknya dan kebebasaanya dalam memilih, berpendapat beragama. Sebab orang sudah mempunyai hak dan kewajibannya yang sama karena setiap orang diberikan karunikan akal sehat,  budi pekerti, moral, rasa bertanggung jawab karena itu hendanya setiap orang satu sama lain saling menindas melainkan dalam persaudaraan, saling menghormati hak dan kewajiban setiap orang.
Sekarang pun perempuan dengan laki-laki sudah sama kedukannya, tapi bukan berarti seorang istri tidak tunduk kepada suaminya, sebab suami adalah kepala rumah tangga, dan seorang istri sebagai penopang dalam arti mendukung suami. Kesamaan derajat yang di miliki seorang istri, bebas mengeluarkan pendapat yang tidak seperti yang dahulu seorang istri selalu menurut kepada suami. Mesikipun  sekarang kesamaan derajat sudah berlaku, tapi terkadang ada penindasan dalam rumah tangga(KDRT), penidasan moral yang telah di alami pemuda Indonesia, dan penindasan orang kaya terhadap orang yang miskin atau yang lemah.

Warga Negara dan Negara

Membicarakan hubungan antara negara dan warga negara yaitu Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara Republik Indonesia tapi pada kenyataanya adalah membicarakan suatu hubungan kekuasaan dalam negara, ialah antara yang berkekuasaan dan yang dikuasai oleh orang-orang di kalangan pemerintahan. Tapi setiap individu mempunyai kebebasan penuh utnuk melaksanakan keinginannya. Dalam keadaan dimana manusia di dunia masih sedikit hal ini isa berlangsung tetapi dengan makin banyaknya manusia berarti akan semakin sering terjadi persinggungan dan bentrokan antara individu satu dengan lainnya. Seperti seorang ilmuan pada tahun 1642 berkata manusia seperti serigala terhadap manusia lainnya (homo hominilopus) berlaku hokum rimba yaitu adanya penindasan yang kuat terhadap yang lemah masing-masing merasa ketakutan dan merasa tidak aman di dalam kehidupannya.
Pada saat itulah manusia merasakan perlunya ada suatu kekuasaan yang mengatur kehidupan individu-individu pada suatu Negara. Contohnya kuatan yang bekuasa di Indonesia seorang koruptor yang mencuri uang warga negara cuman di hukum ringan, seorang yang maling ayam di hukum minimal 5 tahun. Negara merupakan sebuah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama warga neganya. Oleh karena itu negara mempunyai dua tugas yaitu : mengatur dan mengendalikan gejala-gejala kekuasaan yang asosial, artinya yang bertentangan satu sama lain supaya tidak menjadi membahayakan sebuah organisasi , membuat kegiatan manusia dan golongan-golongan kearah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya atau tujuan sosial. Dalam pengendalian ini dilakukan berdasarkan hukum yang ada dan dengan peraturan pemerintah maupun UUd beserta lembaga-lembaganya. Hukum yang mengatur kehidupan warga negara dan nyatanya berlaku dalam masyarakat menandai hukum terhadap kaidah-kaidah lain dalam masyarakat tampil lebih jelas, tegas, dan didukung oleh perlengkapan yang cukup agar diikuti anggota masyarakat.

Masalah – Masalah Kepemudaan

Saya akan mengulas Pemuda kehidupanya sering kali terlalu terburu-buru dalam hidup. Pemuda ingin menjadi lebih dewasa dari dirinya yang sebenarnya dan  Anak muda tidak sabar untuk " bertumbuh".  Proses pendewasaan tidak bisa dipaksakan atau hal itu akan menjadi sebuah bumerang. Pertumbuhan dan perkembangan itu perlu waktu yang tidak tentu. Setiap kehidupanya memunyai kelebihannya sendiri-sendiri. Seperti sorang pemuda harus memberikan yang terbaik saat masih muda dan menghasilkan masa depan yang cemerlang dari masa mudanya tapi kegagalan pada masa muda akan berimbas pada masa
tuanya  yang tidak dinginkanya.
Seorang pemuda bukan orang yang setengah dewasa maupun anak-anak.  Mereka benar-benar orang yang masih muda dan bahkan mereka harus membiarkan mereka menikmati masa muda mereka seutuhnya tanpa berusaha membuat mereka menjadi orang yang setengah dewasa dengan cara waktu yang singkat. Contonya: seorang anak muda yang  berusia 12 samapai 14 tahun berdanda seakan-akan mereka itu berusia 22 tahun.
Seorang   remaja menggunakan waktunya seolah mereka sudah dewasa. Banyak di antara mereka yang memiliki kebebasan dan kurang pengawasan kedua orang tuanya yang justru hanya menuntun mereka pada kehancuran atau masa depan yang buruk. Tidak heran pun beberapa dari mereka menjadi stress  dan mengalami kepenatan yang luar biasa sebelum mereka memasuki masa dewasa karena mereka tidak siap dengan kenyataannya dan saya dapat memahami mengapa beberapa pemuda menjadi begitu cepat bosan dengan hidup mereka,  karena mereka dipaksa menjalani hidup seperti orang dewasa sebelum waktunya mereka dewasa. Tapi pemuda harus bisa belajar menjadi diri sendiri dan tidak meniru orang
lain. Mereka perlu belajar berpikir sendiri dan tidak  mengikuti jalan hidup orang lain. Sebab  bila seorang pemuda meniru orang lain, ia tidak akan pernah menjadi dirinya sendiri.
Pastinya, semua orang berusaha agar diterima sebagai seorang yang bermartabat, ramah, berani, adil, baik hati, menyenangkan, dan sopan. Walaupun demikian, semua orang harus belajar mandiri dan tidak bergantung maupun mengikuti cara hidupnya pada orang lain untuk berkembang, karena bila kita mengikuti orang lain kita akan rugi sendiri sebab kita tidak tahu seberapa bagusnya kepribadian kita sendiri dan seorang pemuda tidak boleh memilih-milih dengan apa yang benar dan baik di hadapan Tuhan  untuk menyetujui dan hidup sesuai kemauan seseorang karena rancangan Tuhan bukanlah rancangan kecelakaan melaikan rancangan keselamatan,  lalu bakat pemuda yang harus dikembangkan adalah kemampuan
untuk tetap bertahan sekalipun mereka harus berdiri sendirian.

KELUARGA


Add caption
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan di antara semanya. Kemudian peranan orang tua, khususnya bapa-bapa, yaitu agar mendidik anak-anaknya didalam ajaran dan nasihat Tuhan. Perintah untuk mendidik anak-anak terutama ditujukan kepada bapa-bapa, walaupun tentunya para ibu memberi pertolongan dan dukungannya. Suami dan isteri perlu melihat peran orang tua ini dengan jelas, sehingga dapat sehati sepikir dalam mendidik anak-anaknya. suami harus mengambil peran sebagai pemimpin dan penentu kebijaksanaan dalam mendidik anak, sedangkan isteri menjalankan peranannya dalam mendidik anak pada jalur kesopanaan maupun ketaatan yang telah ditetapkan bapa kepala keluarga dan salah satu sebab kegagalan dalam mendidik anak adalah karena  isteri menjalankan kebijaksanaannya sendiri dalam mendidik anak. Jika tidak sesuai  dan memberontak telah terjadi pada orang tua, maka tidaklah heran apabila anak akan memberontak kepada orang tuanya. Dan ada dua hal disini yang harus diperhatikan oleh seorang bapa kepala keluarga dalam mendidik anak. Pertama, jangan membangkitkan amarah didalam hati anak-anak. Kedua, harus mendidik mereka sesuai dengan ajaran dan nasihat Tuhan Yang Maha Esa lalu untuk  mencapai kehidupan keluarga yang damai,ceria, maka kebiasaan itu perlu dilakukan. Seperti setiap anggota keluarga berupaya menciptakan suasana gembira ketika memasuki rumah maupun ruangan.(menyanyi, bersiul, bincang-bincang antara bapa, ibu, dan anak) dan Setiap anggota keluarga baik tua maupun anak harus mengucapkan salam bila memasuki rumah atau permisi bila meninggalkan rumah dan anak dibiasakan mencium pipi ibunya bila mau kesekolah atau sepulangnya dari sekolah Biasakan bercerita kepada anggota keluarga tentang pengalaman-pengalaman yang diperoleh di sekolah maupun dengan pacarnya, kemudian jika anak menanyakan sesuatu, orang tua harus mendengar, jangan pura-pura mendengar tapi cuman formalitas saja. Karena anak dapat melihat dari sorot mata, apakah orang tuanya serius menanggapinya atau tidak.Dibutuhkan kejujuran dan kesabaran mendengar cerita anak-anak. Berikan respon sehingga dia akan terus bercerita dan tidak menyembunyikan sesuatu kepada ke dua orang tuanya.


Keluarga dan Alkitab

Sumber : Gema Sion Ministry
"Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus" [ II Timotius 3:15 ].
Ayat diatas menegaskan bahwa Kitab Suci dapat memberi hikmat dan menuntun orang kepada keselamatan. Membangun keluarga yang dapat mengekspresikan Allah yang adalah Keluarga Sejati, tidak mungkin terlepas dari peran Kitab Suci (Alkitab). Keluarga yang mengekspresikan Allah, tentu harus berlimpah dalam hikmat serta keselamatan Kristus. Disinilah Alkitab mendapatkan perannya yang sangat penting. Tetapi, apakah Alkitab itu, dan bagaimana Alkitab dapat memberi hikmat serta menuntun seseorang kepada keselamatan? Apakah setiap orang yang membaca Alkitab, sudah pasti memperoleh hikmat Kristus?
Alkitab adalah tulisan yang diilhamkan Allah dan karenanya tidak terdapat kesalahan didalamnya. Yang mungkin terjadi adalah orang memiliki sikap yang salah dalam membaca Alkitab. Tidak setiap orang yang membaca Alkitab, pasti memperoleh hikmat Kristus dan mengalami keselamatan. Injil Yohanes mencatat kesalahan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dalam mendekati Kitab Suci. Yohanes 5:39-40 menyatakan, "â€Â¦walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu". Jadi, mungkin saja terjadi bahwa seseorang membaca Alkitab, namun tidak bertemu dengan Firman Yang Hidup itu yaitu Kristus Yesus.
Tetapi kita lihat bahwa peranan Alkitab dalam kehidupan Timotius, sangat efektif. Mengapa demikian? Kami percaya bahwa salah satu sebabnya adalah karena neneknya, Lois dan ibunya, Eunike adalah orang-orang yang memiliki iman yang tulus ikhlas (II Timotius 1:5). Sejak masa kecilnya, Timotius sudah diperkenalkan dengan Kitab Suci. Keluarga Timotius adalah keluarga yang mencintai Alkitab. Keluarga yang mencintai Alkitab adalah keluarga yang bertumbuh didalam hikmat Kristus, dimana pada waktunya keluarga ini dapat mengekspresikan Allah. Tetapi kita lihat disini kuncinya bahwa baik nenek, ibu atau orang tua haruslah seorang yang beriman.
Bagaimana dengan keluarga-keluarga Kristen ? Apakah para orang tua adalah orang-orang yang beriman dan mencintai Alkitab? Sudahkah anak-anak sejak masa kecilnya diperkenalkan dengan Alkitab? Perlu ditegaskan lagi disini bahwa suasana keluarga yang cinta Alkitab, harus diciptakan oleh para orang tua. Karena bapa berfungsi sebagai imam bagi keluarganya, maka kecintaan keluarga pada Alkitab menjadi tanggung jawabnya. Ini bukan berarti seorang bapa harus menjadi ahli teologi. Membaca Alkitab dan bertemu dengan berbagai aliran teologi, sangatlah disayangkan. Seorang bapa harus memiliki sikap sedemikian sehingga ketika ia mendekati Alkitab, maka ia bertemu dengan Firman Yang Hidup itu. Sikap yang benar dari seorang bapa terhadap Alkitab ini, akan menular pada seluruh anggota keluarga. Dengan demikian keluarga ini dibangun dalam hikmat Kristus, serta bertumbuh dalam keselamatanNya.